Kapasitas Sistem Kesehatan Indonesia Pemerintah Indonesia telah daftar sbobet mengeluarkan berbagai kebijakan untuk memerangi Coronavirus Disease (COVID-19). Namun, kasus terus berfluktuasi lebih dari satu tahun ke dalam pandemi. Ada kebutuhan untuk menilai kapasitas sistem perawatan kesehatan negara untuk menyerap dan mengakomodasi berbagai tuntutan perawatan kesehatan.
Kami meninjau kapasitas sistem perawatan kesehatan Indonesia saat ini untuk merespons COVID-19 berdasarkan empat elemen penting dari kapasitas lonjakan: staf, barang, struktur, dan sistem. Staf medis yang tersedia saat ini tidak cukup untuk menangani permintaan yang berpotensi meningkat karena pandemi menyoroti tantangan sumber daya manusia yang dihadapi sistem perawatan kesehatan.
Pandemi telah mengekspos kerapuhan rantai pasokan medis. Lonjakan jumlah pasien yang membutuhkan rawat inap telah menyebabkan persediaan medis habis. Infrastruktur kesehatan yang ada saat ini masih belum memadai untuk menghadapi peningkatan kasus COVID-19, yang juga menunjukkan keterbatasan kapasitas infrastruktur kesehatan untuk mengelola sampah medis.
Penilaian Kapasitas Layanan Kesehatan
Staf (Petugas Kesehatan)
Saat ini tenaga medis yang tersedia di Indonesia tidak mencukupi untuk menangani potensi peningkatan permintaan untuk menangani kasus COVID-19. Pandemi ini menyoroti tantangan sumber daya manusia yang dihadapi sistem kesehatan negara, ditandai dengan rasio dokter-penduduk yang tidak memadai, ketidaksetaraan distribusi geografis dokter, dan kekurangan perawat dan bidan yang signifikan.
Rasio dokter terhadap populasi hanya 0,38 dokter per 1.000 penduduk. Populasi negara dari 264 juta saat ini dilayani oleh hanya 1.206 pulmonologists, 4.134 ahli anestesi, 350 intensifivis, 6.084 dokter anak dan 1.811 ahli patologi klinis.
Rasio dokter terhadap populasi hanya 0,38 dokter per 1.000 penduduk. Populasi negara dari 264 juta saat ini dilayani oleh hanya 1.206 pulmonologists, 4.134 ahli anestesi, 350 intensifivis, 6.084 dokter anak dan 1.811 ahli patologis.
Barang (Persediaan)
Lonjakan pasien yang membutuhkan rawat inap telah menyebabkan persediaan medis habis dan meningkatkan pemanfaatan peralatan medis yang terbatas (mis., Ventilator). Kekurangan alat oksigen aliran tinggi dan ventilasi mekanis, terutama di kota-kota kecil dan di luar Jawa, telah dilaporkan.